foto : istimewa
finews,Tulungagung – Gas LPG 3 kg terjadi kelangkaan di banyak tempat.Gas yang akrab dengan ibu rumah tangga dan kalangan pedagang kaki lima ini belakangan “ngumpet” entah dimana.
Kesulitan dapatkan LPG 3 kg dirasakan sejumlah warga di kabupaten Tulungagung.Sejak seminggu lalu harga terus merangkang hingga menyentuh 22 ribu pertabung.
Retno (29) warga Ngipik desa Bono seminggu yang lalu beli dengan harga 20 ribu di warung yang tak jauh dari rumahnya.Ibu muda ini berkata meski harga naik tetap beli gas ” meski harga naik tapi harusnya mudah mendapatkan.
Senada dengan Retno,Narsih (27) alamat yang sama juga merasa heran atas sulitnya mencari gas melon ,” pemilik warung itu selalu katakan jika stok habis ,namun kita menghiba untuk dapatkan gas,berapapun harganya,jadi disitulah harga ikut merangkak” kata Narsih ,Rabu (10/9)
Sementara itu Agus Winarno (36) warga desa Bungur -Karangrejo,Tulungagung ,seorang supir dari sebuah distributor gas mengatakan ,sejak puluhan hari lalu pasokan pada tiap pangkalan dikurangi jatahnya untuk pangkalan yang biasa ia layani mencakup sebagian kabupaten Tulungagung,dan sebagian kabupaten Trenggalek .
Agus katakan sehari sebelumnya di kantor dia bekerja saat didatangi pihak Disperindag Tulungagung pihak kantornya mengatakan ketersediaan pasokan cukup,namun kata dia fakta di lapangan terjadi kekurangan.
Harga pun ditingkat konsumen kata Agus ada yang mencapai 25 ribu pertabung.Hal yang sama dikatakan Ismi (40) warga di kecamatan Watulimo kabupaten Trenggelek.” Kemari. hari Senin saya beli harganya 25 ribu pak” kata Ismi ,Rabu (10/9)
Lanjut Agus untuk harga pangkalan tetap pada 14.500,namun naik pada sub pangkalan.”Sehingga pada tingkat konsumen bisa mencapai 20,23,bahkan 25 ribu pertabung
Warga Kota Kediri Mengeluh
Kelangkaan gas LPG 3 kg di Kota Kediri menimbulkan keresahan di kalangan ibu rumah tangga dan pedagang kaki lima. Kelangkaan gas LPG ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan lonjakan harga.
Para pedagang kios gas LPG 3 kg di Kota Kediri mengeluhkan keterlambatan pasokan yang terus berlanjut. Sutarno, seorang pedagang kaki lima di jalan Veteran kota Kediri mengungkapkan ketidaknyamanannya karena sering kehabisan gas LPG.
“Terus terang saja saya bingung karena makanan belum matang, tiba-tiba gas habis dan beli di toko tidak ada. Kalau pun ada, harganya bisa mencapai 21 hingga 25 ribu,” kata Sutarno,melansir kubus.id.
Sutarno berharap agar pasokan gas LPG di kota Kediri dapat segera diperbaiki, mengingat para pedagang kini mulai resah dengan harga yang melonjak dan sulitnya memperoleh gas di pangkalan maupun di toko.
Hal serupa disampaikan oleh Aminah, warga Setonopande, kota Kediri. Aminah mengeluhkan kelangkaan gas LPG yang sudah berlangsung sekitar sebulan terakhir.
“Harga gas LPG yang semula normal 18 ribu kini bisa mencapai 20 ribu bahkan lebih. Sulit sekali mendapatkan gas LPG saat ini,” ungkap Aminah.
Siti, seorang ibu rumah tangga di Tinalan gang 2, kecamatan Pesantren, juga mengalami hal yang sama. Siti mengeluhkan harga gas LPG yang melonjak dari 16 ribu menjadi 20 ribu di pangkalan. Menurut Siti, kelangkaan gas LPG di wilayahnya sudah terjadi selama dua bulan terakhir.
“Bahkan jika membeli gas LPG di pangkalan harus menunjukkan foto kopi KTP untuk mendapatkan harga 17 ribu. Tanpa KTP, harganya bisa mencapai 19 ribu” tambah Siti.
Sementara itu, salah satu karyawan toko di jalan Veteran 2 kota Kediri, Jamsiati, membenarkan adanya keterlambatan pengiriman pasokan gas LPG 3 kg dari pangkalan. Setiap hari tokonya menerima keluhan dari pembeli, ibu rumah tangga maupun pedagang kaki lima, yang kesulitan mendapatkan gas LPG.
“Setiap hari kami hanya mendapatkan jatah 5 sampai 6 tabung, padahal permintaan sangat tinggi. Pertamina sering terlambat dalam pengiriman,” jelas Jamsiati.
Blitar Gas Belum tuntas.
Persoalan kelangkaan gas LPG 3 kg di kabupaten Blitar hingga kini belum tuntas. Beberapa penjual eceran nekat menaikkan harga jual hingga 23 ribu setiap tabung.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) kabupaten Blitar, Darmadi mengungkapkan bahwa sudah berkoordinasi dengan Pertamina Kediri selaku pemasok LPG di wilayah kabupaten Blitar. Tindakan ini merupakan upaya untuk mengurangi kelangkaan LPG di lapangan.
“Kita ini sifatnya hanya bisa monitoring, jadi sebenarnya bukan ranah kita. Jika ada laporan dari masyarakat, kita tindaklanjuti dengan melaporkan ke pihak distributor LPG Pertamina. Jadi, kita ini hanya bisa memonitoring dan melaporkan temuan yang ada di masyarakat,” dia.
Sejauh ini sudah ada dua wilayah yang melaporkan kelangkaan LPG 3 kg ini ke disperindag. Yakni, kecamatan Srengat dan kecamatan Nglegok.
Kelangkaan ini tidak hanya menyulitkan urusan dapur masyarakat. Parahnya, harga jual LPG subsidi tersebut naik menjadi 19 ribu hingga 23 ribu per tabung ukuran 3 kg.
“Saya pasti akan mengoordinasikan temuan ini ke pihak distributor. Saya akan melaporkan ke Pertamina agar ini bisa segera ditindaklanjuti,” tegasnya,mengutip blitarkawentar.
Darmadi mengaku sudah sering melakukan pelaporan kelangkaan gas LPG 3 kg ini. Namun, pihak Pertamina mengaku bahwa stok atau pasokan yang dikirim masih seperti semula dan tidak ada perubahan sama sekali.
“Saya kira kelangkaan LPG di lapangan ini disebabakan oleh kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi. Terlebih, ini musim hajatan sehingga kebutuhan warga juga meningkat,” ungkapnya.
Di luar alasan yang diucapkan pihak Pertamina tersebut, Darmadi berharap agar pemasok LPG bisa segera menindaklanjuti keluhan masyarakat.
Soalnya, permasalahan LPG ini merupakan kebutuhan mendasar masyarakat, khususnya untuk warga kurang mampu.
Sebelumnya, masyarakat Blitar Utara, desa Kedawung, Edy, mengaku mengalami kesulitan dalam mencari stok LPG untuk keperluan memasak.
Wonogiri Bakal Gas Ganti Harga
Harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg di wilayah Jawa Tengah, termasuk di kabupaten Wonogiri, bakal naik mulai pekan ini. HET elpiji bersubsidi yang semula 15 ribu pertabung naik menjadi 18 ribu pertabung.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) dan Perdagangan Kabupaten Wonogiri, Nugroho Liestyono, mengatakan HET elpiji 3 kg dipastikan naik pada tahun ini.
Penaikan harga tersebut sudah diatur dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No 540/20/2024 tentang HET LPG Gas Tabung 3 kg pada Titik Serah Sub Penyalur/Pangkalan yang ditetapkan pada 22 Agustus 2024.
Menurut Nugroho, penaikan harga itu antara lain atas petimbangan harga jual di pangkalan saat ini sudah banyak yang melebihi HET. Seharusnya HET dari pangkalan senilai 15 ribu pertabung.
Tetapi harga jual elpiji subsidi di lapangan rata-rata 16 ribu pertabung, termasuk di kabupaten Wonogiri. Di samping itu, HET elpiji 3 kg di Jawa Tengah kali terakhir diubah pada 2015 lalu, sehingga perlu ada penyesuaian lagi.
“Pemberlakuan harganya nanti menunggu sosialisasi dari Hiswana [Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas] Jawa Tengah kepada agen-agen dan pangkalan,” kata Nugroho saat dihubungi, Selasa (10/9) mengutip solopos.
Nugroho menyampaikan penaikan harga elpiji 3 kg tidak bisa serta merta berlaku begitu Surat Keputusan Gubernur itu ditetapkan. Perlu ada pemberian pemahaman kepada agen, pangkalan, dan masyarakat terlebih dulu soal perubahan HET tersebut. Mereka perlu persiapan untuk menyesuaikan harga baru.
Menurut dia, berdasarkan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait, penaikan HET ini sudah diperhitungkan dari banyak sektor, termasuk dampaknya terhadapnya inflasi.
Ia menyebut HET gas bersubsidi menjadi 18 ribu oerabung itu tidak akan berpengaruh banyak terhadap daya beli dan inflasi berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah.
Peraturan Distribusi dan Penyaluran Elpiji
“Diharapkan dengan HET baru ini, harga gas elpiji 3 kg tidak akan naik tajam sampai melebihi harga yang sudah ditentukan. Tidak ada lagi yang menjual sampai dua kali lipat,” ujarnya,mengutip solopos.
Dia menambahkan HET senilai 18 ribu pertabung hanya akan berlaku di tingkat pangkalan. Sebab peraturan distribusi dan penyaluran gas elpiji hanya mengatur sampai tingkat penyalur atau pangkalan resmi. Sementara harga elpiji 3 kg di pengecer tidak diatur.
Wakil Ketua Hiswana Migas Jateng DIY, Fajar Mahardika, saat dihubungi mengatakan pemberlakukan HET elpiji 3 kg senilai 18 ribu pertabung berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah terbaru untuk wilayah Soloraya berlaku mulai Kamis (12/9).
Sementara itu, Area Manager Communication Relation & CSR Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho,Selasa (10/9), mengarahkan Solopos.com untuk bertanya ke Hiswana Migas perihal kenaikan HET elpiji 3 kg itu.
Sementara itu, seperti diberitakan sebelumnya, Brasto mengatakan sesuai Perpres No 104/2007 & 38/2019, elpiji 3 kg hanya diperuntukkan rumah tangga miskin, usaha mikro, petani sasaran (petani kecil), dan nelayan sasaran (nelayan kecil).
Selanjutnya sesuai surat edaran Dirjen Migas No B-2461/MG.05/DJM/2022, usaha yang dilarang menggunakan elpiji 3 kg meliputi restoran, hotel, peternakan, pertanian (di luar petani sasaran), tani tembakau, jasa las, batik, dan binatu atau laundry.
Usaha-usaha yang dilarang menggunakan elpiji 3kg itu semestinya memakai elpiji nonsubsidi. Pertamina menyediakan gas elpiji nonsubsidi dengan ukuran 5,5 kg. 12 kg, dan 50 kg yang bisa didapatkan di pangkalan-pangkalan gas.
“Kami mewajibkan konsumen menyebutkan Nomor Induk Kependudukan [NIK] s
aat membeli elpiji 3 kg di pangkalan. Sifatnya untuk pendataan transaksi dan konsumen,” ujar dia.(*)
editor : maksum