finews,Seruyan -Peristiwa bentrok antara warga dan polisi di desa Bangkal, kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu (7/10) memantik reaksi Panglima Jilah.
Ramai diberitakan bentrok antar masyarakat desa Bangkal dan aparat tersebut sebelumnya diketahui terjadi akibat tuntutan masyarakat terkait pembagian 20 persen plasma dari PT HMBP yang sudah sejak lama dijanjikan.
Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah adalah pimpinan dari pasukan Tariu Borneo Bangkule Rajakng ( TBBR ) se Tanah Dayak alias Pasukan Merah yang berasal dari Suku Dayak. Reaksi Panglima Jilah minta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menindak tegas pelaku penembakan dan yang memerintahkannya.
Reaksi Panglima Jilah ini dipicu setelah tersiar kabar ada penembakan dan ada warga tewas. Seusai aksi warga terjadi di desa Bangkal Seruyan.
” Mengutuk keras atas tindakan pihak kepolisian di Kabupaten Seruyan, saya meminta kepada pihak kepolisian terutama kepada pak Kapolri untuk menindak tegas,” tegas Panglima Jilah dikutip Tribunkalteng.com dari video yang tersebar viral group PM TBBR se Kalimantan, Instagram takam_dayak_bahadat.
Bahkan Panglima Jilah menyebut bila tindakan kepolisian telah semena-mena terhadap masyarakat di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.
” Tindakan kepolisian yang telah semena-mena dengan masyarakat, terkesan sangat arogan dan membela perusahaan. Saya meminta untuk yang menembak dan yang memerintahkan menembak (ditindak),” katanya.
Sosok Panglima Jilah menjadi simbol perjuangan masyarakat suku Dayak ini lahir di desa Sambora, Mempawah Hulu, kabupaten Landak, pada 19 Agustus 1980.
dengan nama Agustinus Jilah.
Korban tewas bernama Gijik (35), sedangkan korban luka adalah Taufikurahman (23).
Kronologi
Kronologi insiden yang dialami warga Bangkal itu saat keduanya datang ke lokasi kejadian bersama ratusan orang lainnya.
Aksi terkait tuntutan warga agar perusahaan menyediakan lahan plasma itu kini sudah memasuki hari ke-23.
”Mereka sedang duduk-duduk saat aksi. Namun, Taufikurahman lalu tertembak. ” kata Fery, pengemudi ambulans desa Bangkal. Dia yang menjemput korban tewas dan terluka dan membawanya ke RSUD dr Murjani Sampit.
“Gijik yang hendak menolong malah kena tembak,” lanjutnya
Saat dihubungi dari Palangkaraya pada Sabtu (7/10) sore, Fery mengatakan, Gijik sedang menjalani visum.
Sementara Taufikurahman dirawat dan tidak sadarkan diri.
Pada sebuah video beredar, seorang pria diduga warga setempat dievakuasi sejumlah warga lainnya, dengan kondisi tak sadarkan diri dan mengalami luka dan berdarah.
Bahkan suasana dalam rekaman video tersebut memperlihatkan sejumlah petugas kepolisian menjaga-jaga dan membentuk barisan.
Terdengar pula di video tersebut suara tembakan yang dilakukan aparat kepolisian dan teriakan dari kedua belah pihak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, pecahknya bentrok tersebut diduga akibat tuntutan warga yang tak dipenuhi oleh perusahaan, mengakibatkan masyarakat melakukan blokade pada jalan.
Situasi yang memanas diduga tak dapat dihindari, sehingga terjadi bentrokan antara pihak polisi dan masyarakat.
Sejak September
Kerusuhan di desa Bangkal ini sudah berlangsung sejak 16 September 2023.
Warga menuntut PT HMBP I menjalankan kewajiban memberikan kebun plasma sebanyak 20 persen. Namun, selama puluhan tahun, kebun plasma itu tidak kunjung terealisasi.
Ucapan Kapolres Seruyan
Saat dikonfirmasi terkait akan kebenaran korban tewas tersebut, Kapolres Seruyan Ampi Mias Von Bulow, masih enggan berkomentar banyak, dan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.
“Kami harus buktikan dulu, pastikan dulu apakah itu betul kena tembak, untuk itu kita masih melakukan penyelidikan,” ucap Kapolres Seruyan kepada tribunkalteng.com, Sabtu (7/10) malam.
Kapolres Seruyan mengatakan, bentrok warga desa Bangkal dengan anggota kepolisian terjadi, karena ratusan warga melakukan penghadangan di pos 3 dan 9 dengan membawa sejumlah senjata tajam.
massa aksi tersebut mendatangi kawasan perkebunan PT HMBP dengan ratusan motor, dan jumlah mereka yang cukup banyak sekitar 400 orang lebih.
Bahkan diduga para warga tersebut pun membawa peralatan untuk memanen buah sawit di areal perkebunan PT HMBP.
Ditambahkannya lagi, di lokasi saat insiden tersebut pun terdapat ibu-ibu yang membawa anak-anak mereka.
Sehingga anggotanya mengimbau agar mereka kembali pulang ke rumah masing-masing dengan tertib dan aman.
“Namun mereka malah menyerang petugas dengan ketapel dan senjata tajam lainya yang mereka bawa, bahkan ada bawa bom melotov,” beber Ampi Mias. (dihimpun dari berbagai sumber)