Perjuangan Norman

Olahraga502 Views

foto : norman bersama rekan kerja

finews, Magetan – Ini sore terakhir Farhan Ananta Talli berlatih di Sasana Redam Boxing Camp, sebelum bertanding di Surabaya Boxing Open Competition 2024, 1-3 Maret 2024.

Berlatih di halaman parkir belakang Ruko GMBC jalan Monginsidi, Magetan.

“Karena ada kejuaraan Farhan latihan setiap hari, selama kurang lebih dua jam. Kalau tidak ada kejuaraan, ya seminggu tiga kali,” kata sang pelatih Ehud Homer Trisula, Kamis (29/2/2024).

Farhan telah berlatih sekitar 6 bulan Sasana Redam. Anak muda yang belum genap 18 tahun itu awalnya tak cukup memiliki teknik bertinju. Kini, akan menjalani tanding pertamanya di kejuaraan yang digelar Pertina Kota Surabaya.

“Kita punya pelatih handal, mantan petinju nasional, Homer Trisula. Di tangan pelatih, anak-anak menjadi sangat berkembang,” kata Pemilik Sasana RBC, Norman Susanto.

Pertemuan Norman dengan Homer Trisula, beberapa waktu silam, berbuah berdirinya Sasana Redam. Latihan di halaman parkir gedung. Hanya punya satu samsak.

“Ban truk kita jadikan alat untuk berlatih. Semua serba seadanya. Awalnya, Latihan sering terganggu hujan, akhirnya saya bangunkan atap,” kenang Norman.

Norman mengaku fasilitas yang lengkap bukan segalanya. Namun, kesungguhan atlet, pelatih dan sasana untuk mengembangkan tinju diyakini bisa menghasilkan bibit petinju yang handal.

“Saya menyukai dan hobi, karena itu saya mau mengembangkan tinju di Magetan. Modal awalnya, kita punya pelatih mantan petinju nasional,” ungkapnya.

Sasana RBC kini memiliki 5 petinju muda termasuk Farhan. Farhan paling tua, lainnya berusia 17 tahun.

Dari sasana, Norman kemudian ikut membidani terbentuknya cabang olahraga tinju di Magetan sebagai bagian dari cabor KONI. Menjadi cabor ke-38. Norman dipercaya sebagai ketua Pertina Magetan.

“Kami punya program juga untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah setingkat SMA agar upaya mencari bibit petinju amatir bisa meluas. Yang penting niat, berani, dan disiplin berlatih,” kata Norman.

Norman berharap semua stakeholder dan masyarakat mendukung tinju di Magetan.

“Sekarang ini, ibaratnya mau perang ya tangan kosong. Tak ada bekal. Nanti kalau menang perang baru disediakan alat perang. Lihat bagaimana kami menghadapi kejuaraan di Surabaya ini, Pak PJ Bupati telah memberikan disposisi, tapi dinas yang ditunjuk cuma membantu sepuluh persennya,” jelas Norman.

Latihan Farhan di hari terakhir menjelang kejuaraan, selesai. Dini hari nanti, dia berangkat didampingi Pertina Magetan. Tak ada target bagi Farhan.

“Belum ada target, pengenalan dulu bahwa di Magetan ada bibit unggul tinju. Mengenalkan Magetan di skala regional maupun nasional. Syukur kalau dapat medali,” kata Norman.

Farhan berangkat dengan “tangan kosong” untuk mendapatkan “alat perang”. (totok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *