Sandal Jepit,Dari Mesir Kuno Hingga Kini

Jadul724 Views

foto:ilustrasi sandal/freepik.com

finews, – andal jepit adalah sandal terbuat dari karet sintetis. Tali sandal berbentuk huruf “v” menghubungkan bagian depan dan bagian belakang sandal. Bagian bawah sandal umumnya rata (tidak memiliki hak), sedangkan bagian atas sandal tidak memiliki penutup.

Sandal jepit dipakai dengan meletakkan poros bagian depan tali sandal diantara ibu jari dan telunjuk kaki, sehingga tidak terlepas sewaktu dipakai berjalan. Selain dipakai di dalam ruang atau kamar mandi, sandal jepit digunakan di luar rumah pada kesempatan tidak resmi.

Sandal jepit telah dipakai selama ribuan tahun, terbukti dengan penemuan gambar sandal di lukisan dinding Mesir kuno dari 4 ribu SM. Sepasang sandal yang ditemukan di Eropa terbuat dari daun Papirus dan diperkirakan berumur sekitar 1.500 tahun. Versi awal sandal jepit ini dibuat dari berbagai macam bahan. Sandal Mesir kuno terbuat dari Papirus dan daun Palem.

Orang Maasai di Afrika memakai sandal dari kulit mentah. Di India, sandal terbuat dari kayu. Di Cina dan Jepang, jerami padi digunakan untuk membuat sandal jepit. Daun tanaman sisal digunakan untuk membuat jepit sandal di Amerika Selatan, sedangkan penduduk asli Meksiko menggunakan tanaman Yucca.

Sandal jepit di Amerika Serikat disebut flip-flops, thongs, atau beach sandal. Seusai Perang Dunia II, prajurit Amerika Serikat pulang ke negaranya dengan membawa oleh-oleh sandal dari Jepang. Semasa perang, prajurit Jepang juga membuat sandal dari ban bekas.

Jauh sebelum manusia mulai menggunakan berbagai macam alat bantu atau hewan untuk transportasi, mereka menempuh perjalanan yang jauh hanya dengan berjalan kaki. Melintasi tanah terjal dan bebatuan dengan berjalan kaki tentu bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi jika kaki kita tidak memiliki alas kaki.

Apakah Mesir tempat lahirnya sandal jepit?
Sandal juga ditemukan di Mesir kuno, di mana hanya orang-orang penting yang memakainya.

Kebudayaan Barat menelusuri bukti asal muasal sandal dari makam Mesir kuno, bukti paling awal berasal dari sekitar 5.100 tahun yang lalu. Sebuah dekorasi di museum Kairo menggambarkan Firaun Narmer diikuti oleh pembawa sandalnya, menunjukkan bahwa sandal tersebut adalah simbol kedaulatan firaun.

Hal ini juga ditegaskan oleh praktik Mesir kuno yang seringkali menempatkan sandal Firaun di atas singgasananya saat dia tidak ada.

Sandal berorientasi pada status bagi kaum elit. Dimulai pada masa firaun dan terus berlanjut hingga lapisan masyarakat sepanjang periode dinasti Mesir, hingga pada periode pendudukan Romawi sekitar 30 SM.

Sandal Mesir terbuat dari papirus dan bahan lainnya, termasuk kulit dan kayu. Orang Yunani dan Romawi kuno juga memakai sandal; dewa Yunani Hermes (dikenal oleh orang Romawi sebagai Merkurius) sering digambarkan dengan sandal yang memiliki sayap. Namun, seiring dengan bangkitnya agama Kristen, sandal menjadi tidak populer karena para pemimpin gereja menganggap sandal membuat kaki perempuan terlalu telanjang.

Sebenarnya, mayoritas orang Mesir kuno sendiri tidak pernah memakai alas kaki. Kebanyakan mereka yang berstatus tinggi tidak pernah memakai alas kaki di dalam rumah. Faktanya, Firaun sendiri tidak rutin memakai alas kaki di dalam rumah hingga akhir dinasti, sekitar 3 ribu tahun yang lalu.

Bahkan, melepas sandal di hadapan individu atau dewa yang berpangkat lebih tinggi, juga diketahui sebagai cerminan rasa hormat.

Ketika Alexander Agung mempersatukan bangsa Yunani pada abad keempat SM, masyarakat yang dihasilkan adalah masyarakat yang sangat kaya dan memiliki waktu luang yang mengembangkan seni, ilmu pengetahuan, dan olahraga di bawah sistem demokrasi.

Orang Yunani juga mengembangkan berbagai jenis sandal dan gaya alas kaki lainnya, memberi nama pada berbagai gaya tersebut. Untungnya orang-orang Yunani menyimpan catatan yang teliti, sehingga memberikan deskripsi dan referensi yang akurat mengenai berbagai gaya alas kaki dan apa saja nama-namanya.

Hal ini tentu saja merupakan suatu kebetulan karena tidak ada bukti arkeologis mengenai alas kaki Yunani, dan sejarawan harus memanfaatkan deskripsi ini dan gaya yang digambarkan dalam karya seni yang masih ada. Ada aturan ketat mengenai siapa yang boleh mengenakan pakaian apa, kapan, dan untuk tujuan apa.

Sandal yang digunakan pada awal kekaisaran Romawi juga sangat mirip dengan gaya Yunani dan bahkan mengikuti preseden yang sama yang ditetapkan untuk penggunaan terbatas sesuai dengan pangkat. Seperti orang Yunani, orang Romawi menamai sandal berbagai gaya, dan faktanya, “sandal” sendiri berasal dari nama latinnya, yaitu sandalium.

Namun, setelah abad kedua masehi, ketika kekuatan kekaisaran melemah, kualitas pembuatan alas kaki pun menurun. Pada abad ketujuh, kekaisaran Kristen Romawi yang berbasis di Konstantinopel, menetapkan bahwa bertelanjang kaki tidak sopan jika bergaul dengan orang campuran.

Sandal pun akhirnya menghilang selama 1.300 tahun berikutnya, dan tetap digunakan secara konstan hanya dalam ordo biara tertutup.

Meskipun hilang, sandal tidak dilupakan. Seniman menggambarkan tokoh-tokoh klasik yang mengenakan sandal dalam lukisan dinding bertema alkitabiah selama Renaisans, dan sandal dikenakan oleh aktor yang menggambarkan tokoh-tokoh sejarah dalam pertunjukan teater.

Kini, seiring dengan perkembangan jaman, sandal jepit yang mulai dikenal dengan berbagai nama di dunia, mulai menjadi salah satu dari pelengkap fashion. Mereka dirubah dan dibentuk sedemikian rupa hingga memiliki nilai tampilan saat dipakai.

Sebutan Lain

Namun tidak semua orang di dunia menyebutnya “sandal jepit”. Di Selandia Baru, sandal ini disebut “jandals” (kependekan dari Japanese sandals). Di Australia dikenal sebagai “thongs” dan di Afrika Selatan disebut dengan nama “plakkies”.

Bahkan, beberapa daerah di Amerika Serikat selain mengenalnya sebagai “flip-flop”, sandal jepit juga mempunyai nama khusus, seperti “zories” di Pantai Timur, “clam diggers” di Texas, dan “slippers” di Hawaii.
Tetapi beda dengan Iwan Fals, tokoh musik Indonesia menyebut “kelas sendal jepit” dalam sebuah syair lagu, yang menggambarkan sisi lain strata sosial.

Era Modern

Sandal jepit era 2022 menjadi pembicaraan hampir di setiap kalangan. Gara-garanya adalah Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Firman Santyabudi yang menyebut bahwa memakai sandal jepit saat mengendarai motor bisa menimbulkan bahaya.
Meski begitu, bukan berarti sandal jepit dilarang.

Pada 2014 lalu, sandal jepit bahkan sempat viral saat anggota termuda boyband asal Korea Selatan EXO, Oh Sehun, kedapatan menggunakan sandal jepit buatan Indonesia di bandara setelah menggelar konser di Tanah Air.

Sebelumnya pada awal Januari 2012 lalu, sandal jepit dari Indonesia mendunia. Hal ini karena sandal jepit dipakai sebagai lambang ketidakadilan Gara-gara kasus penganiyaan yang menimpa AAL, pelajar SMK berusia 15 tahun pada Nopember 2010. Briptu Ahmad Rusdi yang indekos di Jl Zebra, Palu, geram karena sandalnya berulang kali hilang. Saat “diinterogasi” pada Mei 2011, AAL mengaku dia dan teman-temannya sebagai pencuri sandal-sandal itu. Saat “interogasi”, AAL mengaku terjadi pemukulan.

Orangtua AAL tidak terima sehingga melaporkan Briptu Ahmad Rusdi ke Propam Polda Sulteng. Kasus ini juga bergulir ke pengadilan. Mabes Polri berdalih, orangtua AAL-lah yang justru ingin membawa kasus ini ke pengadilan sehingga mendudukkan AAL sebagai terdakwa

Kata sandal sendiri konon berasal dari bahasa Yunani yakni ‘sandalion’. Sementara dalam bahasa Indonesia, sandal berasal dari bahasa Belanda yakni ‘sandaal’.

Melansir jurnal yang ditulis oleh Staf Pengajar Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Agung Wicaksono, dengan judul Perkembangan Alas Kaki Manusia, kehadiran alas kaki atau sandal jepit memang masih sulit untuk diketahui.

Meski demikian, keberadaan sandal jepit ini bisa diketahui dari cerita legenda, temuan artefak, dan gambar yang terdapat pada relief-relief bangunan. Keterampilan para pembuat alas kaki juga telah berkembang, baik dari sisi teknologi hingga desain.(*)

 

*sumber :nationalgeographik edisi jumat, 26 januari 2024,cnn indonesia edisi 24 juni 2022,detik 8 pebruari 2012,wikipedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *