foto: perahu getek
finews, Kediri – Perahu getek masih menjadi idola sebagai sarana transportasi penyeberangan antar daratan. Disepanjang aliran sungai Brantas masih banyak dijumpai penyeberangan dengan perahu getek dan biasa disebut nambang.
Istilah nambang sangat populer di wilayah kabupaten Kediri, Tulungagung dan sekitarnya, yaitu menyeberang sungai Brantas dengan menggunakan perahu getek .
Seperti yang dilakukan Eka warga Pohsarang yang ingin berlebaran ke Ngadiluwih lebih memilih menyeberang menggunakan perahu getek dengan alasan lebih mempersingkat waktu.
“Alasannya mempersingkat waktu soale kan perjalanannya padat terus bawa anak kecil jadi nggak nyaman kepanasan. Kalau naik ini deket lebih cepet, sering tiap tahun naik ini”, ungkap Eka, melansir rri.co.id
Sementara itu Baihaki warga Mojo yang mengoperasikan perahu getek di desa Ngadiluwih, Kamis (11/4) mengatakan, saat lebaran tahun ini warga yang memanfaatkan jasa penyebrangan perahu getek meningkat.
“Ramai nggak kayak biasanya, pagi sampai sore jam 4 ke daerah Ngadiluwih sama ke Mojo”, kata Baihaki.
Saat Idul Fitri 1445 hijriah tarif nambang juga mengalami kenaikan, yang semula 2 ribu pada hari biasa menjadi 3 ribu sekali nambang. Untuk menyebrangi sungai Brantas dengan nambang hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
Baihaki menambahkan, operator perahu getek dibagi menjadi 2 shif yaitu jam 5 pagi – 4 sore dan jam 4 sore s/d jam 10 malam. Kendala yang biasa dihadapi saat mengoperasikan perahu getek yaitu air sungai Brantas yang surut. Dalam satu shif uang yang diperoleh dari jasa nambang warga sekitar 300 ribu.(*)