Fakta Unik Mata Uang Rupiah

Serba-serbi225 Views

foto: ist

 

finews, Jakarta – Mata uang Rupiah, sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia hingga hari ini, ternyata memiliki sejumlah fakta unik yang luar biasa dalam dunia keuangan.

Mata uang Rupiah menjadi satu satunya alat transaksi yang sah di negara ini.

Namun, tidak banyak yang tahu, mata uang Rupiah ternyata menyimpan banyak sisi unik yang menarik untuk diulas,mulai dari sejarahnya hingga asal usul namanya.

Sejarah Panjang Mata Uang Rupiah

Sebelum lahirnya mata uang Rupiah, Indonesia sudah menggunakan bahkan membuat beberapa produk produk mata uang dalam bahan logam seperti koin.

Konon katanya, koin tertua yang pernah ditemukan oleh peneliti di Indonesia adalah koin buatan orang Indonesia pada abad ke 9 hingga 12. Koin tersebut diduga menjadi mata uang utama masyarakat hingga dinasti Syailendra pada abad ke 19.

Pada tahun 1942, Jepang yang tengah menginvasi Indonesia memutuskan untuk menciptakan mata uang baru yang berlaku di Indonesia. Mata uang itu bernama Roepiah Netherlands Indies.

Lalu pada tahun 1943, akibat terjadi hiperinflasi, maka masyarakat mulai bergeser untuk menggunakan mata uang Belanda yang dilabeli dengan Nederlandsch Indische-Gouvernementsgulden` bersamaan dengan angka dan tulisan Indonesia, Roepiah.

Namun, tak lama, pemerintah republik dengan tegas menentang mata uang Belanda tersebut, lantas mulai mengusulkan untuk membuat mata uang sendiri, yakni Rupiah.

Pada 2 Oktober 1945, akhirnya pemerintah republik Indonesia mengumumkan mata uang resmi milik negara Indonesia yang berlaku sebagai alat tukar yang sah, yaitu Rupiah.

Sebagai mata uang resmi Indonesia, Rupiah memiliki nilai tukar yang mengalami fluktuasi seiring dengan perkembangan ekonomi global.

Menurut data Bank Indonesia, pada tahun 1949, nilai tukar 1 dolar AS setara dengan 3,8 Rupiah. Namun, pada saat krisis ekonomi tahun 1998, nilai tukar Rupiah mencapai rekor terendah sebesar 14.600 per dolar AS.

Simbol Unik Rp vs IDR

Mata uang Rupiah memiliki simbol unik, yaitu “Rp.” Meskipun simbol ini secara resmi diadopsi pada tahun 2013, penggunaan sehari-hari masih sering menggunakan kode internasional “IDR.”

Berdasarkan data Statistik Moneter dan Keuangan Bank Indonesia, perubahan ini bertujuan untuk memperkuat identitas Rupiah di kancah internasional.

Rupiah Kertas dan Logam

Sebagai mata uang yang sah di Indonesia, Rupiah terdiri dari pecahan kertas dan logam.

Walau namanya kertas, sebetulnya uang tidak murni terbuat dari kertas. Demi menjaga keawetan dan ketahanannya, Rupiah juga dibuat menggunakan bahan polimer dan kapas. Sedangkan untuk uang koin di Indonesia terbuat dari alumunium, kuningan, tembaga, nikel, dan bimetal.

Menurut laporan Bank Indonesia per Oktober 2023, pada mata uang rupiah terbaru terdapat sejumlah pecahan kertas, mulai dari 1.000 hingga 100.000, dan pecahan logam, seperti 100 dan 200. Rupiah logam, yang diintrodusir untuk mengurangi biaya produksi, menjadi populer di kalangan kolektor dan masyarakat umum.

Tahukah kamu? Ternyata pecahan uang kertas pun mengalami beberapa kali perubahan dari waktu ke waktu.

Semisal dulu tahun 2000, pernah ada uang kertas pecahan 100 Rupiah dan 500 Rupiah. Uang pecahan 100 Rupiah pada masa itu berwarna merah muda dengan gambar perahu pinisi dan anak krakatau, sedangkan uang pecahan 500 Rupiah berwarna kuning-hijau dengan gambar orangutan.

Sayangnya, tidak lama, pecahan mata uang ini dihentikan produksinya karena terjadi devaluasi terhadap mata uang Rupiah. Namun, hilangnya uang pecahan 100 dan 500 Rupiah ini bersamaan dengan diluncurkannya pecahan mata uang baru: seribu Rupiah dan lima ribu Rupiah.

Perlindungan Mata Uang Rupiah

Bank Indonesia secara berkala mengeluarkan seri baru mata uang Rupiah dengan teknologi keamanan tinggi untuk mengurangi risiko pemalsuan.

Data terbaru menunjukkan bahwa seri terbaru mencakup fitur-fitur seperti hologram, benang pengaman, dan teknologi lainnya. Peningkatan ini mendukung kestabilan mata uang dan kepercayaan masyarakat terhadap Rupiah.

Asal Muasal Kata “Rupiah”
Nama Rupiah, darimana sih asalnya?

Ternyata Rupiah berasal dari bahasa sansekerta, “Rupaya”, yang artinya perak. Alasannya, karena pada jaman dahulu, mata uang ini masih berbentuk koin dan terbuat dari perak asli.

Nama itu sebetulnya pertama kali digunakan di India Timur pada abad ke 16, lantas di India mengalami perubahan frasa dan ucapan menjadi “Rupee”. Sedangkan di Indonesia, Rupaya diubah frasa dan ucapannya menjadi “Roepiah” atau dibaca “Rupiah”.

Kontribusi Rupiah dalam Ekspor dan Impor

Rupiah memiliki peran penting dalam perdagangan internasional Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2022, ekspor Indonesia mencapai angka tertinggi sejak beberapa tahun terakhir, dengan kontribusi Rupiah yang kuat terhadap kelangsungan perdagangan. Nilai tukar yang stabil menjadi kunci keberhasilan ekspor Indonesia.

Koin Pecahan 2000 Rupiah Pada Final Piala Dunia Tahun 1974

Dahulu pernah dibuat uang pecahan 2000 Rupiah dalam bentuk koin

Uang koin pecahan 2000 Rupiah ini digunakan pada final piala dunia tahun 1974 sebagai penentu siapa yang akan berhak memegang bola. Wasit asal Inggris, Jack Taylor, menggunakan koin tersebut pada saat liga pertandingan final antara klub tuan rumah Jerman Barat melawan Belanda.

Mata uang tersebut hanya dibuat tiga keping di seluruh dunia. Koin tersebut memiliki gambar harimau jawa dan garuda pancasila di sisi lainnya. Koin ini merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dengan WWF.

Pengaruh Inflasi Terhadap Rupiah

Inflasi memiliki dampak signifikan terhadap nilai Rupiah. Bank Indonesia secara rutin merilis data inflasi, yang menjadi pedoman bagi perencana keuangan untuk mengatur strategi investasi. Pemahaman mendalam tentang hubungan antara inflasi dan mata uang Rupiah menjadi penting dalam mengelola portofolio investasi.

Misalkan saja, jika inflasi mulai bergerak naik hingga di atas 7 persen per tahun, lantas memilih menginvestasikan uang kita pada instrumen investasi dengan return atau imbal hasil 2 persen per tahun, maka dapat dikatakan pertumbuhan nilai harta pada investasi tersebut gagal mengalahkan inflasi.

Walaupun hasil investasinya positif, tetap saja hal itu tidak bisa dikatakan untung, karena nilai harta terus menyusut nilainya tergerus kenaikan harga harga barang dan jasa.(*)

*referensi:
-idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/sejarah-Rupiah-mata-uang-Indonesia?page=all
-liputan6.com/bisnis/read/2682329/sisi-unik-uang-Rupiah-dari-sejarah-hingga-desain-yang-cantik?page=5
-fwd.co.id/id/fwdmax/passionstory-financial-literacy/5-fakta-unik-dari-mata-uang-Rupiah/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *