foto: keris/ist
finews, – Keris, senjata tradisional Indonesia sudah ada sejak sekitar 700 tahun yang lalu. Keris juga dieja sebagai Kris merupakan senjata tajam golongan belati dari suku jawa yang memiliki ragam fungsi budaya yang dikenal di kawasan nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak diantaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logat pada helai bilah.
Asal-Usul dan Fungsi
Asal-usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah “keris” telah tercantum pada prasasti Taji Ponorogo dari abad ke-10 Masehi. . Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan asal muasal keris di nusantara. G.B. Gardner dalam bukunya Keris and Other Malay Weapon keris dianggap sebagai pengembangan dari senjata tikam prasejarah. Namun diperkirakan asal mula penyebutan kata “keris” merupakan singkatan bahasa jawa dari “Mlungker-mlungker kang bisa ngiris”, dugaan bentuk keris berkelok/mlungker adalah pengembangan desain dari bentukan keris yang awalnya lurus, yang diilhami dari seekor ular yang sedang melata karena bagi orang jawa ular adalah hewan yang disakralkan mengingat orang Jawa pada saat itu mengutamakan dewa Siwa yang berkalung ular.
Sedangkan keris yang lurus adalah perkembangan dari bentuk kadga yaitu bentuk paling awal keris. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke nusantara.
Terbuat Dari Meteor
Salah satu keris kuno dari jaman kerajaan di jawa yang masih tersisa, Kanjeng Kyai Pamor, ternyata terbuat dari meteor. Hal itu sudah diteliti dan terbukti kebenarannya. Menurut sejarah, bahan tersebut didapat saat ada meteor yang jatuh di Prambanan pada tahun 1749. Selain itu, para empu tanah jawa saat era kerajaan Mataram Sultan Agung sekitar abad ke-16 juga menggunakan meteor sebagai bahan pembuatan keris. Mereka menggunakan metode tradisional bernama melekan (tirakatan) dan transformasi alam untuk mendeteksi meteor dan memilih logam yang terbaik.
Pembuatan Yang Unik
Lalu bagaimana cara membuat keris? Langkah pertama adalah memilih bahan yang digunakan. Pada zaman kerajaan dulu, bahan yang digunakan adalah meteor. Tapi zaman sekarang, bahan yang sering digunakan adalah nikel, besi, dan baja. Lalu langkah kedua, bahan harus ‘digembleng’ dan ditempa. Kemudian saat sudah melunak, bahan-bahan tersebut ditatah dan dihaluskan, dan dikamal. Lalu proses terakhir adalah diukir dan dibersihkan. Yang lebih uniknya lagi, biasanya pengrajin keris akan memilih hari baik untuk membuatnya
Fungsi Yang Berbeda Dulu Dan Sekarang
Keris memiliki fungsi yang berbeda saat masa kerajaan dan masa sekarang. Perbedaan paling mencolok adalah, pada zaman dulu keris digunakan sebagai alat perang, dan juga dalam upacara adat. Sedangkan pada masa sekarang lebih berfungsi sebagai aksesoris dalam berbusana adat atau menjadi koleksi dengan alasan nilai estetika. Karena saat ini, senjata yang sering digunakan adalah senjata api seperti pistol, senapan serbu dan sejenisnya.
Dua Macam Bentuk
Secara umum, keris memiliki 2 macam bentuk, yaitu keris lurus dan luk atau berlekuk. Pada zaman dulu, keris bentuk lurus biasanya digunakan sebagai senjata perang untuk menusuk dan menyabet lawan. Sedangkan untuk bentuk berlekuk, berfungsi menahan dan menangkis senjata lawan. Ini juga membuatnya tidak mudah patah saat berbenturan. Saat menusuk lawan, bentuk berlekuk lebih menyakitkan daripada bentuk lurus dan lebih susah untuk dicabut. Kalau di masa sekarang, mungkin perbedaannya ada di sisi estetikanya.
Estetika Menurut UNESCO
UNESCO menobatkan keris sebagai warisan dunia, sejak tahun 2005, keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non Bendawi Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Menurut UNESCO, keris Indonesia memiliki keunggulan estetika yang mencakup dhapur, pamor, dan tangguh.(*)








