finews, Tulungagung – Pantai Gemah, wisata andalan Kabupaten Tulungagung di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki menjadi lautan sampah.
Kondisi saat ini sangat parah karena sampah jauh lebih banyak dari kejadian sebelum-sebelumnya.
Lautan sampah membentang mulai perbatasan Pantai Gemah dengan perbukitan, sampai di Pantai Bayem.
Tumpukan diantaranya sampah ranting yang hanyut dibawa oleh aliran sungai di sekitaran tempat wisata tersebut.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, Dedi Eka Purnama mengatakan, fenomena menumpuknya sampah di tempat wisata pantai Gemah bukan kali pertama ini terjadi. Sampah-sampah tersebut merupakan sampah yang hanyut dari bantaran sungai di wilayah sekitar pantai. “Bukan kali pertama. Itu kan sampah-sampah hanyut oleh aliran sungai di sekitaran pantai,” jelasnya, kemarin (21/5)lalu .
Lanjut dia, sampah menumpuk di Pantai Gemah terdiri dari dua jenis. Yakni, sampah plastik yang disinyalir berasal dari pengunjung pantai dan sampah ranting yang hanyut oleh aliran sungai. Seluruh pihak telah berupaya secara optimal untuk menanggulangi tumpukan sampah tersebut. “Tetapi tetap saja sampah itu ada,” ucapnya.
Adanya pergantian musim dengan intensitas hujan tinggi juga membawa sampah ranting ke hilir. Sampah-sampah tersebut berasal dari beragam wilayah seperti wilayah Trenggalek dan Blitar. “Apalagi kalau pas musim hujan, sampahnya semakin banyak. Karena aliran sungai semakin kuat, jadi sampah yang hanyut semakin banyak,” paparnya.
Langkah efektif untuk menanggulangi sampah di tempat wisata tersebut yaitu dengan memulai kesadaran dalam kebiasaan membuang sampah pada diri sendiri. Kebiasaan buruk dalam membuang sampah bukan pada tempatnya masih kerap dilakukan masyarakat. “Mulai dibiasakan kesadaran membuang sampah pada diri sendiri dulu. Kebiasaan itu sedikit banyak akan menular ke orang sekitar,” ungkapnya.+++++!
Sampah plastik, terutama gelas minuman dan kemasan saset paling mendominasi.
Lalu ada sampah ranting pohon, carang-carang rambu hingga bonggol bambu berserakan di sepanjang pantai.
Kondisi ini dikeluhkan para pengunjung pantai Gemah pada Sabtu, (15/7).
Ketua Pokdarwis Pantai Gemah, Imam Rojikin, perkara sampah ini selalu berulang setiap tahun.
Sampah-sampah ini berasal dari darat yang masuk ke sungai Niyama.
Sungai Niyama mengalirkan air dari dua saluran anti banjir, Parit Raya dari Trenggalek dan Parit Agung dari Tulungagung.
“Setiap Bendungan Niyama dibuka, pasti terjadi banjir sampah di pantai seperti saat ini. Seharusnya ada solusi bersama,” ucap Rojikin, dikutio dari tribunmataram.com
Rojikin dan kawan-kawan sempat menurunkan alat berat untuk membersihkan sampah.
Namun keterbatasan ukuran alat yang dipakai, hanya sedikit bagian yang bisa dibersihkan.
Pengelola oantai Gemah secara mandiri akan menyewa alat berat berupa ekskavator PC 200 dan sebuah bulldozer.
Kami sudah keliling mencari alat berat, semua kosong atau sedang dipakai. Baru Hari Senin alat berat siap diturunkan,” ujar Rojikin.
Tulis tribun, Rojikin mengaku mengeluh, karena selama ini hanya pengelola yang bertanggung jawab setiap kali ada lautan sampah.
Rojikin berharap semua pihak yang mendapat dana sharing yang tidak sedikit dari pantai Gemah ikut cawe-cawe.
Sebab jika dibebankan kepada pengelola, pihaknya sangat berat dan kewalahan.
“Dana kami terbatas untuk menyewa alat berat, tenaga kami juga terbatas. Pemerintah dan pihak terkait yang dapat dana sharing seharusnya ikut peduli,” tegasnya.
Selama ini pengelola pantai Gemah secara rutin melakukan gerakan bersih pantai.
Namun jika pintu Bendungan Niyama dibuka, sampah yang mendarat di pantai jumlahnya sangat besar.
Bersih-bersih secara manual tidak akan sanggup, harus menggunakan alat berat.
Pemilik wahana wisata air, Gemah Watersport, Andik Setiyono, mengatakan lautan sampah menurunkan daya saing pantai Gemah.
Sebab dengan adanya JLS Tulungagung-Trenggalek, semua pantai di kedua daerah telah terhubung.
Jika kondisi pantai Gemah kotor, wisatawan dengan gampang beralih ke pantai-pantai yang ada di kabupaten Trenggalek.
“Sekarang wisatawan bebas memilih. Kalau pantai Gemah terus kotor, wisatawan pasti beralih,” ucapnya.
Andik pun sepakat, semua pihak yang mendapat keuntungan dari pantai Gemah harus ikut cawe-cawe.
Masalah ini tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada pelaku usaha wisata di pantai Gemah.(winarto)