foto:kompas
finews,Surakarta – Grebeg Maulud puncak peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Keraton Solo, Jawa Tengah, pada Senin (16/9).
Warga dari berbagai daerah berbondong-bondong datang memadati halaman Keraton Solo dan Masjid Agung. Mereka rela berdesakan demi mengalap berkah gunungan jaler dan estri. Ada dua pasang gunungan yang diarak para abdi dalem Keraton Solo dari halaman Keraton Solo menuju halaman Masjid Agung. Selain gunungan jaler dan estri, ada gunungan anakan.
Warga yang telah menunggu kedatangan gunungan itu tidak sabar, sehingga sebelum didoakan, sepasang gunungan langsung menjadi rebutan.
Sedang sepasang gunungan lainnya dibawa kembali ke halaman Keraton Solo. Gunungan ini juga tidak luput menjadi rebutan warga.
Seorang warga asal Jakarta bernama Sukiyem, mengaku datang jauh-jauh ke Solo untuk menyaksikan secara langsung prosesi tradisi Grebeg Maulud Keraton Solo.
Selama acara berlangsung, Sukiyem berada di barisan depan untuk melihat kedatangan gunungan Grebeg Maulud.
Pada saat gunungan diperebutkan warga, Sukiyem tak dapat apa-apa. Ia hanya mendapatkan sisa gunungan yang akan dia bawa pulang ke Jakarta. “Tak dapat apa-apa. Ini tadi mungut (sisa) gunungan biar dagangan (jualan) lancar,” ujar Sukiyem.
Warga lainnya, Madiman, mengaku setiap tahun selalu datang menyaksikan Grebeg Maulud Keraton Solo. Ia datang ke Solo dari rumahnya Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk mengalap berkah gunungan Grebeg Maulud. Madiman hanya mendapatkan sisa gunungan dan akan dia bawa pulang. Sisa gunungan itu akan dia gunakan untuk pupuk tanaman padinya agar tumbuh subur dan tolak bala. “Untuk rabuk (pupuk) tanaman padi di sawah dan tolak bala,” jelas dia.
Tafsir Anom Keraton Solo, KRT Muh Muhtarom mengatakan Grebeg Maulud merupakan puncak Sekaten di mana gunungan diarak dari Keraton Solo ke Masjid Agung. Kegiatan ini dimulai dengan dibunyikannya dua gamelan Keraton Solo yakni Kiai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari.
Seperangkat gamelan Kiai Guntur Madu ditaruh di bangsal selatan dan gamelan Nyai Guntur Sari di bangsal utara Masjid Agung. “Hari ini puncak kegiatan Sekaten setelah proses dari awal tanggal 9 kemarin gamelan masuk Masjid Agung kemudian dibunyikan selama sepekan.
Hari ini terakhir bertepatan kelahiran Nabi Muhammad,” tutur dia. Muhtaron mengungkapkan, Grebeg Maulud sudah menjadi budaya turun-temurun Keraton Solo sebagai puncak acara ditandai dengan kirab gunungan.
Gunungan ini dibawa dari Keraton Solo ke Masjid Agung. Sebelum dibagikan atau diperebutkan warga, terlebih dahulu didoakan ulama Keraton Solo. “Sudah menjadi budaya kita, budaya keraton yang mengawal budaya dari Demak.
Sekaten dilaksanakan sepekan ditutup dengan ucap syukur keraton dengan membawa gunungan ke Masjid Agung dan didoakan para ulama Keraton Solo kemudian dibagikan merata,” beber dia.
Dikatakan Muhtarom, gunungan jaler menggambarkan laki-laki. Gunungan laki-laki berisi sayur-sayuran mentah. Ada kacang panjang, terong, wortel, cabai, dan lain-lain. “Artinya kita seorang suami mampu mengupayakan mencari kebutuhan keluarga seperti bekerja dan seterusnya,” ujar
Ketua Takmir Masjid Agung. Kemudian gunungan istri adalah makanan siap saji. Artinya, istri harus mampu menerima hasil dari suami untuk keluarganya (*)
** editor : lukmandaka
*artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul “cerita warga “ngalap” berkah funungan grebeg maulud keraton solo…”,