Kerajaan Kandis Yang Terlupakan

Jadul15 Views

 

foto : wikimedia commons

finews, – Kerajaan Kandis diperkirakan kerajaan tertua di nusantara yang berdiri sejak tahun 1 SM (lebih dulu dari kerajaan Kutai yang berdiri abad ke 4 SM). Letaknya berada di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Dalam Kitab Negarakertagama ( mpu Prapanca 1365) ditemukan tentang nama Kandis.

Dalam suatu riwayat disebutkan pendiri kerajaan Kendis adalah keturunan Alexander Agung dari Makedonia (menurut buku Pacu Jalur dan Upacara Pelengkapnya karangan Suwardi Samin). Konon, salah satu keturunan Alexander Agung yang bernama Maharaja Diraja pergi mengembara hingga sampai ke pulau Emas atau pulau Sumatera.

Sampai di Sumatera, Maharaja Diraja membangun istana di Bukit Bakau, yang kemudian dinamai Istan Dhamna. Keberadaan istana ini juga menandai bahwa Maharaja Diraja mendirikan sebuah kekuatan politik berbentuk kerajaan. Maharaja Diraja memiliki putra bernama Darmaswara, dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal. Datuk Rajo Tunggal kemudian menikah dengan wanita yang bernama Bunda Pertiwi dan meneruskan kepemimpinan kerajaan Kandis setelah ayahnya meninggal.

Pada masa pemerintahan Datuk Rajo Tunggal, kerajaan Kandis mencukupi kebutuhan ekonominya dari hasil hutan dan hasil buminya yang melimpah. Hasil hutannya berupa damar, rotan, dan sarang burung layang-layang. Sedangkan hasil buminya seperti emas dan perak. Rajo Tunggal pun memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki bukit Bakar yang dikenal dengan tambang Titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu.Hubungan perdagangan dengan Malaka terjalin sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya di bawah kekuasaan Datuk Rajo Tunggal yang memerintah dengan adil dan bijaksana.

Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka, Bandaro Hitam menikah dengan salah satu warganya dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.

Kerajaan Kandis ini berhubungan dengan nama Lubuk Jambi.
Pernyataan tersebut tertulis dalam buku Java in the Fourtheenth Century: A Study in Cultural History karangan TG Th Pigeaud, keterkaitan kerajaan Kandis dengan Lubuk Jambi karena penyerangan kerajaan Jambi ke Kandis.
Pada saat itu, pasukan kerajaan Jambi melabuhkan perahu-perahunya di suatu lubuk dan menjadikannya sebagai pangkalan penyerangan. Karena kemenangan dari kerajaan Jambi, tempat tersebut diubah dengan nama Lubuk Jambi.

Kejayaan kerajaan Kandis berakhir karena berbagai permasalahan, seperti konflik yang terjadi antara bawahan raja, perebutan kekuasaan, dan lain sebagainya.
Namun, konflik dan perebutan kekuasaan ini terjadi karena kekalahan kerajaan Kandis terhadap kerajaan Jambi. Kekalahan tersebut yang menyebabkan daerah Kandis diambil alih dan diubah namanya menjadi Lubuk Jambi.
Setelah kalah perang, pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, sehingga kebanyakan dari para pemuka sepakat untuk menyembunyikan Kandis dengan melakukan sumpah.
Karena hal tersebut, kerajaan Kandis hilang dan mereka memindahkan pusat kerajaan ke Dusun Tuo. Itu sebabnya, Kerajaan Kandis hingga saat ini dikenal cukup misterius.

Adapun teori lain yang menyebutkan bahwa pembesar-pembesar Kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh raja Sintong dari Cina, dengan ekspedisinya yang dikenal ekspedisi sintong.
Menurut buku Kandis dan Salakanagara adalah Kerajaan tertua di nusantara karangan Erik Hariansah, tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi.
Lebih lanjut, disebutkan juga bahwa negeri rantau Kuantan pada awalnya adalah wilayah suatu kerajaan yang dikenal sebagai kerajaan Kandis. Hal tersebut dibuktikan dari sumber-sumber tertulis maupun dari cerita rakyat sekitar ( dari berbagai sumber, winarto pimpinan media,wakil ketua SWI jawa timur )

ref:
“saujana trowulan”. badan pelestarian pusaka indonesia (BPPI). diakses tanggal 27 nopember 2020.
“permukiman kuna di kawasan way sekampung (lampung) pada masa sriwijaya” [ancient settlements in way sekampung during the srivijaya era]. AMERTA, research and archaeology development journal, balai arkeologi bandung. 31 (2). 2013.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *