foto : Sugalih
finews,Bogor – Meski dirinya selamat dari lubang tambang emas Banyumas ini, ada penyesalan yang mendalam darinya karena gagal menyelamatkan keponakan dan 7 rekan seprofesinya.
Saat kejadian, Tuhan masih menyelamatkan dirinya sehingga selamat dari kejadian nahas tersebut.
Sementara itu, pada Selasa (1/8) sore, tangis haru keluarga mewarnai penutupan operasi SAR delapan penambang yang terjebak dan tidak dapat dievakuasi di desa Pancurendang.
Tujuh hari sudah Tim SAR gabungan mencoba mengevakuasi delapan penambang emas di Banyumas.
Nyatanya proses evakuasi tersebut mengalami jalan buntu. Hingga akhirnya Basarnas menutup operasi tersebut dengan menyatakan delapan penambang hilang.
Keluarga korban mengaku ikhlas dan mengapresiasi Basarnas dan gabungan yang telah berusaha keras mengevakuasi.
Kenangan pahit rupanya masih teringat jelas di kepala Usman Sugalih (41).
Ia merupakan salah satu penambang emas atau gurandil asal desa Kiarasari, kecamatan Sukajaya, kabupaten Bogor yang mengadukan nasibnya ke lubang tambang emas ilegal di Banyumas, Jawa Tengah.
Air Gede Banget
Berbeda nasib dengan delapan rekannya yang terjebak di dalam lubang, Usman Sugalih menjadi salah satu gurandil yang selamat.
Sebab, saat peristiwa itu terjadi ia sedang tidak berada di dalam lubang tersebut.
“Saya sift siang, jam 5 sore saya keluar, jam 8 malam
Rabu pada masuk delapan orang itu. Dua jam kemudian saya dapet info ada yang bocor ke lubang orang Bogor,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/8).
Setelah mendapat kabar tersebut ia berupaya menyelamatkan rekan-rekannya, akan tetapi air begitu cepat menggenangi lubang yang memiliki kedalaman 60 hingga 70 meter itu.
“Saya cek ternyata betul di kedalaman 25 meter itu air sangat gede banget, dan saya ingin menolong rekan-rekan di dalam sangat tidak memungkinkan, akhirnya saya naik ke atas sekian menit air itu masuk ke sumuran pertama,” terangnya.
Diluar Dugaan
Usman Sugalih tak menyangka rekan-rekan seprofesinya kini telah tiada.
Terkubur di dalam lubang tambang emas untuk selama-lamanya.
Ia mengaku segala resiko menjadi penambang emas sudah tergambar dibenaknya.
Akan tetapi segala rasa takut itu kalah dengan tekad yang bulat untuk mencari nafkah.
“Kalau resiko mah udah tau, kalau musibah kan engga ada yang tau mau dimana juga. Harapannya kan pulang semua, berhasil semua,” katanya.
Memori itu masih teringat jelas di dalam otaknya. Bahkan ia mengaku bersedia beralih profesi apabila ada tawaran pekerjaan lain.
“Selain nambang saya mau kerja nyangkul juga siap saya kalau ada mah, demi mencukupi istilahnya buat makan dan jajan anak. Petani juga siap, karena saya dilahirkan dari anak seorang petani,” ucapnya.
Gagal Selamatkan Keponakan
Kenyataan pahit harus ditelan oleh keluarga para korban penambang emas ilegal di Banyumas, Jawa Tengah.
Pasalnya, setelah tujuh hari pencarian dilakukan oleh tim SAR gabungan, keberadaan para korban tak juga ditemukan.
Hal itu disebabkan oleh volume air di dalam lubang yang tak kunjung surut meskipun sudah dilakukan penyedotan selama 24 jam.
Dengan begitu, operasi pencarian pun ditutup pada Selasa (1/8) dan para korban dinyatakan hilang untuk selama-lamanya.
Usman Sugalih dengan mata berbinar mengungkapkan peristiwa itu begitu cepat terjadi
Sehingga, ia tak mampu menyelamatkan rekan dan keponakannya yang masih berada di dalam lubang dengan kedalaman 60 hingga 70 meter di bawah tanah.
“Kami pun ingin sebetulnya menolong rekan dan keluarga kami didalam sana, cuma situasi yang tidak memungkinkan, kami kembali lagi ke atas setelah itu kami siapkan alat untuk membantu cuma apalah daya tangan tak sampai air itu gede banget,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/8/)
Selama proses pencarian, ia pun sangat berharap para korban dapat ditemukan. Akan tetapi nasib berkata lain.
Jangankan ditemukan dalam kondisi selamat, jasad korban tak ada satupun yang berhasil dievakuasi karena tingginya volume air di dalam tanah.
“Namanya usaha, mengadukan nasib, mudah-mudahan ada rezeki kita kesana. Harapannya dibawa pulang ke Kiarasari apapun kondisinya, cuma mungkin kondisinya sangat sulit, kembali lagi ke takdir Allah,” ucapnya.
Dengan telah dihentikannya proses pencarian, ia dan para keluarga korban lainnya mengaku sudah menerima semua kenyataan pahit ini dengan lapang dada.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Tim SAR gabungan,pemerintah Banyumas, dan Pemkab Bogor yang telah berupaya untuk melakukan pencarian kepada para korban meskipun hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan keluarga.
“Kami mengikuti prosedur aja, keluarga sudah mengikhlaskan,” pungkasnya.
Sosok Rama Si Kembar
Salah satu korban tambang emas di Banyumas ternyata punya kembaran, Inilah gelagat kakaknya menjadi firasat.
Adalah Romi Abdul Rohim adik dari Muhammad Rama Abdul Rohman yang merupakan korban yang terjebak lubang galian emas ilegal di Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (28/7).
Satu korban terjebak lubang tambang emas ilegal di desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah ternyata memiliki saudara kembar.
Sosok korban yang diduga tewas ini tak jauh berbeda dengan kembarannya yang berada di desa Cisarua, kecamatan Nanggung, kabupaten Bogor.
Dia tersebut adalah Romi Abdul Rohim, yang merupakan adik kandung dari korban yang bernama Muhammad Rama Abdul Rohman (38).
Muhammad Rama Abdul Rohman merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sedangkan Romi Abdul Rohim merupakan anak keempat.
Keduanya lahir pada hari yang sama dan hanya berbeda hitungan menit terlahir ke dunia.
Sebagai saudara kembar, biasanya memiliki ikatan batin yang sangat kuat antar keduanya.
Akan tetapi, Romi Abdul Rohman mengaku tidak demikian dengan kejadian kali ini.
Ia mengaku tak memiliki firasat apapun saat peristiwa itu terjadi.
“Kalau untuk hal-hal lain mah banyak, sering seperti itu, kalau dia lagi apa dimana kadang keinget cuma kemarin sama sekali engga,” ujarnya, Jumat (28/7/).
Akan tetapi, ada satu hal yang baru ia sadari setelah peristiwa itu terjadi.
Romi Abdul Rohim mengatakan, tiga hari sebelum kabar tak sedap itu datang, sang kakak mengajaknya untuk foto bersama.
Baginya hal tersebut sesuatu yang jarang terjadi, namun ia tak berfikir aneh dan menganggapnya suatu hal yang wajar sebagai adik-kakak.
“Waktu hari Sabtu dia minta foto bareng pas ke Cianjur nganter anaknya ke pondok, baru nyadar setelah kejadian, apa ini firasat kata saya teh,” katanya.
Lebih lanjut, ia pun sangat berharap keberadaan sang kakak dapat segera ditemukan oleh tim SAR gabungan.
“Pastinya tentu yang terbaik yah, pulang dengan selamat, karena datang juga membawa keselamatan,” harapnya.
“Adapun nasib yang menentukan walaupun harus ada nasib yang pahit ataupun tidak sesuai harapan keluarga namun yang pasti harus pulang, bagaimanapun keadaannya,” tambangnya.
Korban Ajat Sudrajat
Salah seorang penambang yang terjebak di lubang galian di Pancurendang, Ajibarang, Banyumas bernama Ajat Sudrajat (29).Sebelumnya ia merupakan penjual mi ayam.
Siapa sangka, upayanya beralih pekerjaan demi mencoba menggapai lebih banyak rezeki justru berakhir tragis.
Ajat merupakan warga Bogor salah satu korban yang terjebak di lubang tambang Banyumas.
Karena sudah hampir sepekan korban terjebak dan keberadaannya belum diketahui, pihak keluarga pun ikhlas dan menggelar tahlilan di rumah di kampung Gunung Leutik, desa Kiarasari, kecamatan Sukajaya, kabupaten Bogor.
Ahad (54), orang tua korban menceritakan bahwa putranya itu sebelumnya merupakan pedagang mie ayam.
“Sebelumnya jualan mie ayam, pakai gerobak dorong,” kata Ahad kepada TribunnewsBogor.com.
Dia sudah bertahun-tahun menjadi pedagang mie ayam, namun pendapatannya tidak mengalami peningkatan.
Sedangkan di kampungnya tak ada lapangan pekerjaan lain yang lebih baik selain merantau.
“Di sini pekerjaan susah, bertani ada batasnya kan. Di sini banyak yang merantau ada yang ke Jakarta, Bogor, Jambi, Lampung, tersebar,” tambah Enen (55), kerabat korban.
Hal ini pun turut dirasakan korban Ajat Sudrajat.Kesulitan ekonomi membuat dia memilih mengadu nasib dengan ikut bersama kerabatnya.
Yakni menjadi menjadi penambang di Banyumas demi menafkahi istri dan dua anaknya di kampung.
Bahkan pekerjaan penambangan emas ini pun baru korban lakoni tiga pekan sebelum musibah terjadi.
“Baru dia kerja jadi penambang, baru tiga minggu. Awalnya dia ikut kerabatnya, kalau kerabatnya (korban lain) mah sudah biasa,” kata Enen.
Enen menceritakan bahwa korban ini juga dikenal memiliki hobi bermain sepak bola.
Sudah banyak piala penghargaan yang dia juarai dalam sepak bola ini.
“Dia juga suka ngelatih sepak bola untuk anak-anak kecil,” kata Enen.
Atas musibah yang terjadi, keluarga mengaku ikhlas atas kejadian terjebaknya korban Ajat bersama kerabatnya yang lain di lubang tambang Banyumas ini.
“Jadi di sini mah udah menerima, udah pasrah, udah nasib lah,” ungkapnya.
Diketahui, delapan penambang emas terjebak di lubang galian di desa Pancurendang.
Delapan penambang itu dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang sejak Selasa (25/7) malam lalu karena tiba-tiba datang air yang menggenangi area pertambangan.
Delapan penambang yang terjebak itu diketahui terdiri atas naman Cecep Suriyana (29 tahun), Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), serta Mulyadi (40) yang mana seluruhnya berasal dari Kabupaten Bogor.
Kecil Kemungkinan Bertahan
Ahli Forensik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. M. Zaenuri Hidayat menuturkan ada sejumlah kondisi yang memungkinkan 8 penambang di Banyumas yang terjebak dapat saja bertahan hidup.
Ia menjelaskan kondisi tersebut bisa saja terjadi apabila ada celah untuk aliran oksigen dari luar, manusia masih dapat bertahan hidup hingga satu minggu.
Sementara itu potensi kematian yang terjadi adalah karena kelaparan.
“Apakah saat tertimbun masih ada celah yang cukup adanya aliran oksigen dari luar.
Tentunya kalau ini yang terjadi, kematian bukan karena kekurangan oksigen, tapi karena kelaparan.
Kalau ini yang terjadi, maksimal bertahan hidup sampai 1 minggu,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8).
Hari ini, Selasa (1/8) Operasi SAR menyelamatkan delapan penambang yang terjebak di lubang tambang emas Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, menjadi hari yang terakhir.
Memasuki hari terakhir, kondisi kedelapan penambang hingga hari ketujuh ini masih belum bisa dipastikan.
Zaenuri kemudian menyebutkan apabila tidak ada suplai oksigen, maka peluang bertahan hidup tergantung dari cadangan oksigen yang tersisa, serta luasan area tempat korban terjebak.
“Kalau tidak ada suplai oksigen dari luar, tentu semua tergantung cadangan oksigen yg tersisa di ruang tertutup tersebut,” imbuhnya.
Selain itu luasan rongga tempat korban terjebak juga mempengaruhi kemungkinan mereka bertahan hidup.
Luasan rongga tempat korban terjebak menentukan sampai kapan bisa bertahan di dalam ruang tersebut.
“Kalau sangat sempit, apalagi dihuni 8 korban, dalam hitungan menit atau jam bisa saja menimbulkan kematian,” katanya.
Fungsi blower yang digunakan para penambang tidak berfungsi untuk menambah oksigen, hanya menggerakkan udara saja.
Ia menjelaskan peluang bertahan hidup 8 penambang yang terjebak dalam lubang berisi air peluangnya minim.
Hal itu karena air menghambat aliran oksigen dari luar.
“Peluang bertahan kayaknya tidak mungkin kecuali air tidak menutup total saluran udara,” jelasnya.
Operasi SAR yang telah berlangsung selama 7 hari untuk menyelamatkan delapan penambang yang terjebak akan dihentikan, Selasa (1/8).
*artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Gagal Selamatkan Keponakannya di Lubang Tambang Emas Maut Banyumas, Paman Korban: Air Gede Banget