foto: jagung/wikipedia
finews, Jakarta – Indonesia memiliki potensi bahan pangan lokal sangat besar yang bisa diolah untuk memenuhi kecukupan.
“Sebagian olahan bahan pangan lokal Indonesia bahkan sudah diekspor ke berbagai negara, tetapi tidak dipasarkan di dalam negeri,” kata Suwandi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dalam seminar daring yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diikuti melalui akun Youtube Forum Anak Nasional di Jakarta, Kamis 16 Juli 2020 yang lalu.
Dengan potensi bahan pangan yang sangat besar tersebut, masyarakat Indonesia seharusnya sangat mampu untuk melakukan diversifikasi pangan, yaitu tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja.
“Beberapa bahan pangan lokal Indonesia yang memiliki potensi cukup tinggi antara lain ubi kayu atau singkong, ubi jalar, jagung, sorgum, talas, ganyong, gadung, gembili, garut, porang, hanjeli, dan hotong,” kata Suwandi.
Ubi kayu dibudidayakan dengan luasan lahan mencapai 628 ribu hektare dengan produksi per tahun mencapai 16,35 juta ton, sedangkan tanaman sorgum dibudidayakan pada lahan seluas 15.356 hektare di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Dari segi kandungan kalori, sorgum juga tidak kalah tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gram sorgum mengandung 332 kalori, sedangkan beras mengandung 360 kalori, tetapi mengandung protein dan vitamin yang lebih tinggi.
Ketahanan Pangan: Definisi dan Pentingnya Bagi Indonesia
Ketahanan pangan, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2012, adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk, baik dari segi jumlah, kualitas, dan keamanannya. Artinya, setiap individu di Indonesia harus memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang beragam, bergizi, dan terjangkau. Namun, tantangan besar bagi Indonesia terletak pada bagaimana memastikan ketersediaan pangan ini di tengah peningkatan jumlah penduduk dan ketergantungan yang masih tinggi pada beberapa jenis pangan pokok, terutama beras.
Saat ini, Indonesia sangat bergantung pada beras sebagai sumber utama karbohidrat. Menurut data, hampir 95 persen rumah tangga Indonesia mengandalkan beras sebagai pangan pokok. Ketergantungan ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang rentan terhadap gangguan produksi beras, baik karena bencana alam, perubahan iklim, maupun fluktuasi harga di pasar global. Di sisi lain, ketahanan pangan yang berkelanjutan hanya bisa dicapai jika Indonesia mampu mengurangi ketergantungannya pada beras dan memperluas penggunaan sumber daya pangan lokal lainnya.
Harus Menjadi Perhatian
Untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, maka potensi pangan lokal perlu dikembangkan dan dipromosikan pemanfaatannya. Pengolahan bahan pangan lokal menjadi berbagai makanan maupun produk turunannya yang sesuai selera pasar akan membuka peluang ekonomi dan meningkatkan nilai tambah.
Ketahanan pangan di Indonesia semakin menjadi perhatian dengan berbagai program dan kebijakan yang banyak dicetuskan untuk mewujudkannya. Hal tersebut tentunya membutuhkan sumber daya pangan yang besar, dengan memanfaatkan pangan lokal merupakan salah satu solusi terbaik.
Melansir laman Instagram Good News From Indonesia @gnfi, Indonesia tercatat memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 sumber protein, 110 rempah dan bumbu, 389 buah-buahan, 228 sayuran, 26 kacang-kacangan dan 40 bahan minuman. Setiap daerah memiliki tanaman endemik dengan keunikannya tersendiri, untuk menjadi komoditas pangan yang dikembangkan.
Di berbagai daerah, budaya pangan tak hanya soal makanan, namun juga menjadi tradisi yang sudah turun-temurun. Salah satunya yaitu Papeda, makanan berbahan dasar sagu yang banyak dijumpai di wilayah Timur Indonesia. Disana papeda telah menjadi makanan pokok pengganti beras.
Papeda dianggap sebagai mitologi kisah penjelmaan manusia, tak hanya dikonsumsi sehari-hari namun juga sering dihidangkan pada acara upacara adat. Bahkan Papeda telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Tahun 2015. Pemanfaatan potensi sagu di Sulawesi juga Papua memberikan kontribusi bagi perekonomian Daerah dan Negara. Catatan Kementerian Pertanian, subsektor tanaman pangan sagu telah berkontribusi menyerap tenaga kerja hingga 286.007/Kepala Keluarga.(*)
*dari berbagai sumber








