foto: ilustrasi
finews, Jakarta – Harga beras terus naik beberapa hari terakhir. Kenaikan antara 5 – 6 persen dibanding harga normal.
Tempo.co edisi 2 September merilis,panel harga Badan Pangan Nasional menunjukkan harga beras medium masih meningkat sejak pertengahan tahun lalu. Kini harga beras medium rata-rata nasional di pedagang eceran sebesar 12.330 per kilogram. Harga tertinggi berada di Papua menyentuh angka 15.730 per kilogram dan terendah di DKI Jakarta 11.140 per kilogram.
Respons Pemerintah
Kenaikan harga beras membuat presiden Joko Widodo atau Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk mengatasinya. Ia juga mengatakan naiknya harga beras harus tetap diwaspadai agar inflansi tetap terkendali.
“Jangan sampai inflasi kita naik lagi karena itu akan sangat memberatkan masyarakat,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2023 di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 31 Agustus 2023.
Presiden menginstruksikan distribusi bantuan beras kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Bantuan tersebut akan disalurkan selama tiga bulan, dimulai pada September 2023. Ia juga menjelaskan setiap keluarga yang menerima bantuan akan mendapatkan 10 kilogram beras setiap bulan selama September hingga November 2023 atau setara 210 ribu ton beras per bulan.
Selain itu pelaksana tugas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Ferry Irawan, menjelaskan pemerintah terus memantau perkembangan komoditas yang berdampak signifikan terhadap gejolak inflansi. Dengan stok beras Bulog yang cukup besar, pemerintah berharap bisa menekan kenaikan harga dan menjaga ekspektasi pasar.
Perlu Segera Intervensi
Kepala Ekonomi Bank Permata, Josua Pardede mengatakan faktor pendorong harga beras masih sama sejak tahun lalu. Antara lain kenaikan harga pupuk, permasalahan produksi, dan risiko kemarau panjang atau El Nino.
“Untuk memitigasi risiko inflansi, pemerintah perlu segera melakukan intervensi subsidi pupuk untuk meminimalkan biaya input pertanian,” kata dia. Selain itu Josua menambahkan bahwa pemerintah perlu menaikan kuota impor beras untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Dari sisi konsumen, pemerintah perlu secara rutin melekukan operasi pasar serta mendorong daerah menyediakan gudang penyimpanan di lokasi strategis untuk memastikan distribusi tetap aman. Maka lambat-laun diharapkan harga beras naik bisa disetop.
Pedagang Bingung
Kenaikan harga beras terus menjadi keluhan para pedagang karena dinilai signifikan hingga menimbulkan protes di kalangan pembeli.
Hal itu seperti yang diungkapkan pedagang di pasar Bulu Semarang.
Siti pedagang di pasar tersebut mengatakan, harga terendah beras di tokonya saat ini 13.500/Kg. Padahal, sebelumnya harga itu stabil di kisaran 10 ribu perkilo.
“Masalahnya sekarang harga beras naik hampir setiap hari. Awalnya sempat naik, lalu turun. Ini naik lagi,” kata Siti di kiosnya, Sabtu (2/9) mengutip tribunjateng.
Demikian juga diakui Marsi, pedagang lain di pasar tersebut. Menurut Marsi, harga beras tertinggi saat ini bahkan mencapai 16 ribu perkilo untuk jenis premium. Padahal sebelumnya, harga beras premium yang dijualnya tak sampai 15 ribu perkilo. Menurutnya, kenaikan harga beras ini makin tak terkendali hingga menempatkan harga tertinggi. “Harga beras naik banyak,” kata Marsi.
Pasokan Tak Menentu
Kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini juga turut membuat pedagang pedagang grosir kelimpungan. Sebab tak hanya harganya yang meningkat, beberapa juga mengeluhkan pasokan yang makin tidak menentu.
Hal itu diakui Yoeng (80), pedagang grosir beras di jalan Pedamaran Semarang. Menurutnya, ia mulai kesulitan mendapat pasokan utamanya pada beras medium. Hal ini seiring dengan dampak El-Nino yang dirasakan petani padi.
“Kenaikan harga dipicu kekeringan dan panas, sudah secara nasional.
Mengutip serambinews.com,beras medium mulai susah dapat pasokan. Saya minta lagi (ke supplier), mereka belum dapat gabah. Ketika dapat gabah, mereka baru memutuskan (besaran) harga. Ini membuat repot. Saya pernah satu kali batal beli ketika sudah tersedia, karena harganya diputuskan naik,” keluhnya.
Menurut Yoeng, kondisi kenaikan harga beras saat merupakan terparah selama ia berjualan sejak 12 tahun lalu.
Bahkan tak sampai sebulan ini, ia mengaku telah merasakan adanya kenaikan harga hingga empat kali.
“(Untuk jenis beras medium) awalnya Agustus sekitar 270 ribu /karung isi 25 kg. Kemudian 282 ribu/karung, naik lagi jadi 295 ribu/Kg, dan terakhir ini 315 ribu/Kg.
Naiknya empat kali dalam waktu tidak sampai sebulan,” jelasnya.
Kenaikan harga yang terjadi ini menurutnya cukup mengganggu laju usahanya. Sebab kata dia, mayoritas pembeli di lapaknya adalah pembeli untuk jenis beras medium.
Terpisah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di sektor pertanian. Hal itu berdasarkan arahan dari Menteri Pertanian pada 4 Juli 2023 dalam briefing kesiapan menghadapi perubahan ekstrem kekeringan dan krisis pangan global.
Ada sembilan point yang dilakukan, diantaranya identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau.
Kemudian percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan; peningkatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam; peningkatan ketersediaan air dengan dengan membangun/memperbaiki embung, dan parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi; penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT; program seribu hektar adaptasi dan mitigasi dampak El Nino, pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri; dukungan pembiayaan KUR dan Asuransi Pertanian; dan penyiapan lumbung pangan sampai tingkat desa.
Kepala Dinas Pertanian dan perkebunan provinsi Jawa Tengah, Supriyanto di sisi itu menjelaskan, terkait dengan data puso akibat kekeringan di Jateng sendiri, angka komulatif hingga Agustus minggu 1 sebesar 254,1 ha. Sedangkan luas puso di bulan Agustus dari tgl 1 sampai dengan 15 Agustus 2023 seluas 13,6 ha.
Kendati demikian, hal itu belum berpengaruh terhadap produksi gabah kering giling (GKG) di Jawa Tengah. Pada periode Januari sampai Agustus 2023 produksi GKG sebesar 7.904.881 ton berdasarkan KSA (Kerangka Sample Area dari BPS) sementara.
Sedangkan produksi Januari sampai dengan Agustus 2022 sebesar 7.827.850 ton. “Sehingga ada selisih (positif) sebesar 77.031 ton,” katanya dalam konfirmasi tertulisnya, kemarin. (*)