foto: Keluarga Besar “Sanaji” pengrajin Senapan Angin Gejluk
finews, Blitar – Senapan angin merupakan koleksi seni selain sebagai perangkat lomba. Tak heran, perajin senapan angin di desa Purwokerto, kecamatan Srengat, tetap bertahan hingga kini.
Berawal dari kegemaran Sanaji yang kini menjadi sebuah usaha perakitan senapan angin ternama yang dikendalikan Mahsun sebagai penerus.
“Awalnya dari hobi bapak (Sanaji) yang suka utak-atik, terus ketemu satu sistem namanya kompresi. Di utak-atik lagi, ketemulah rakitan senapan gejluk ini,” ungkap Mahsun.
Produksi senapan angin tersebut dimulai oleh ayahnya, Sanaji, sekitar tahun 1984 silam. Saat ini, Mahsun adalah generasi kedua yang melanjutkan usaha tersebut. “Sebenarnya ide membuat senapan angin napak sudah ada sejak dua tahun sebelumnya (1982), tapi butuh dua tahun sehingga terwujud senapan angin ini secara utuh,” imbuhnya.
Saat awal produksi, bahan utama yang digunakan untuk membuat senapan ini adalah kayu dan besi. Namun, seiring perkembangan zaman, kini ada tambahan materi lain yakni kuningan. Kali pertama dipasarkan, senapan angin tersebut dijual dengan harga 80 ribu. Cara pemasarannya pun sekadar dititipkan di toko-toko.
“Dulu hanya dititipkan di toko-toko. Untuk mengenalkan lah istilahnya. Baru tahun 2012, kita mulai kenal Facebook dan media sosial lainnya,” terang Mahsun.

Bahan-bahan untuk membuat senapan angin kini lebih kompleks. Tak hanya kuningan, kayu jati, besi, tetapi juga menggunakan stainless. Untuk membuat satu rakitan senapan angin, setidaknya membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk pengerjaan. Prosesnya mulai dari pemotongan kayu, perakitan, pembubutan, pengukiran motif, pengecatan, dan finishing.
“ Kadang juga menyesuiakan bentuknya, bisa jadi lebih lama karena ada tambahan motif ukiran,” ujarnya.
Kini ada empat macam senapan yang diproduksi Maksun. Yaitu, senapan gejluk laras panjang, gejluk PCP (Pre-Charged Pneumatik Air Rifle), tabung tunggal dan bocap.
Harga senapan juga beda jauh dari saat awal produksi dulu. Satu pucuk senapan dibanderol mulai 1,8 juta hingga 5 juta, disesuaikan dengan jenis dan motif senapan yang diminta oleh konsumen.
Dulu, pembuatan senapan ini hanya ditangani sendiri oleh Sanaji (ayak Mahsun). Kini, terdapat puluhan orang pekerja yang membantu produksi senapan setiap hari. Tak kurang dari 200 pucuk senapan dihasilkan tiap bulan dan didistribusikan di seluruh Indonesia. “Yang paling banyak permintaan dari Sumatra dan Kalimantan,” tambahnya.
Selama puluhan tahun mengelola usaha senapan angin, Mahsun mengaku tak selalu berjalan mulus. Berbagai kendala pernah menghampiri. Misalnya, bahan produksi yang semakin naik, sabotase atau pemalsuan merek oleh pihak lain termasuk resesi.
Ada Nomer Seri
Mahsun tidak memungkiri sebagian orang memberikan predikat miring pada penggunaan senapan angin. Karena itu, untuk mencegah penyalahgunaan barang, dia menyertakan kartu peringatan, surat kepemilikan, dan nomor seri senapan. Kartu tersebut tidak bisa ditukar dengan senapan lainnya karena sudah ada nomor seri sesuai dengan tiap senapan. “Senapan angin sebenarnya adalah untuk koleksi seni, lomba menembak, dan berburu hewan liar,” tuturnya
Merk “Sanaji” Made In Blitar
Konstruksi pompa senapan angin menggunakan kaki, sehingga kepadatan (psi)
bisa diperoleh dengan maksimal.Selain itu dibantu dengan PCP untuk memudahkan
pengisian tabung angin, alat pengisian angin bisa dengan hand pump (hill, hatsan, gehman, gx, dll)
atau bisa juga dengan elektrik pump dan tabung scuba.

Tabung angin berbahan kuningan sehingga aman dari karat. Kepadatan tabung
angin bisa (savety) 2500 psi, sehingga bisa menghasilkan power yang besar dan
bisa ditembakkan mencapai 60 kali shoot.
Laras yang digunakan adalah berbahan kuningan sehingga bisa menghasilkan
velositi yang bagus. Dan bahan besi/baja sehingga lebih awet dari ke aus an.
Konstruksi senapan angin ini memiliki stage/ gear/ gigi 5 speed power sehingga
bisa digunakan sesuai dengan cepat.(sumarji wb)