Petani Aceh Masih Minim Pengetahuan Kelola Limbah Pertanian

Serba-serbi242 Views

foto :yulia annisa, S.TP., M.Si., M.App.In&E

finews,Banda Aceh-Konsep Zero Waste dalam dunia pertanian dan agroindustri sebenarnya bukan hal baru. Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan selama proses produksi pertanian dan sebisa mungkin dimanfaatkan kembali.

“Namun sayangnya, hingga kini di berbagai daerah di Aceh, limbah pertanian masih belum dimanfaatkan secara optimal. Di sejumlah kabupaten di Aceh, limbah yang dihasilkan setiap musim panen cukup banyak. Padahal, jika dikelola dengan baik, limbah ini bisa menjadi sumber daya alternatif yang bernilai,” ujar Yulia Annisa, S.TP., M.Si., M.App.In&E, Dosen Departemen Teknologi Hasil Pertanian, saat menjadi narasumber dalam dialog interaktif , Minggu (29/6).

Menurut Yulia, kondisi ini menjadi kekhawatiran tersendiri mengingat dampak lingkungannya yang tidak kecil. Limbah yang tidak ditangani secara benar dapat mencemari tanah, air, bahkan udara jika dibakar sembarangan, selain menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Padahal prinsip utama dari Zero Waste adalah memastikan limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin atau bahkan dihilangkan sepenuhnya. Meski pencapaian nol limbah mungkin sulit, namun pengurangan yang signifikan sebenarnya sangat mungkin dilakukan melalui pemanfaatan ulang dan inovasi pemrosesan limbah.

“Masalah utama yang muncul saat ini adalah minimnya pengetahuan petani mengenai cara memanfaatkan limbah secara sederhana. Banyak yang berpikir bahwa pengolahan limbah harus melibatkan teknologi canggih dan biaya besar,” sebutnya.

Padahal ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan langsung oleh petani di tingkat lapangan. Disisi lain, riset tentang pemanfaatan limbah pertanian sebenarnya sudah cukup banyak dilakukan.

Namun hasil riset ini belum tersampaikan secara luas ke masyarakat. Sosialisasi dari lembaga terkait masih terbilang minim, sehingga manfaat ilmu tersebut belum benar-benar dirasakan petani.

Peran pemerintah sangat krusial dalam mengubah keadaan ini. Dibutuhkan regulasi yang mendorong industri agro untuk tidak hanya berproduksi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap limbah yang mereka hasilkan.

“Dengan dukungan pengetahuan, kebijakan, dan kemauan bersama, pertanian Aceh seharusnya bisa lebih ramah lingkungan. Limbah tidak lagi dipandang sebagai masalah, melainkan sebagai peluang yang seharusnya menjadi arah baru bagi pertanian berkelanjutan di Aceh,” tutupnya.(rri.co.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *