Makam Bedalem, Jejak Islam Putra Joko Tingkir di Tulungagung

Mistik145 Views

foto : makam bedalem di tulungagung

finews,Tulungagung – Kabupaten Tulungagung dikenal memiliki banyak situs bersejarah. Salah satunya makam Bedalem di gunung Kimpul, desa Besole, kecamatan Besuki. Berjarak 1 kilometer dari pantai Popoh.

Makam itu dikelilingi pohon-pohon besar.Disinilah diyakini dimakamkan Pangeran Benowo, raja ke-3 Kesultanan Pajang.

“Ya, di sinilah Pangeran Benowo, putra Joko Tingkir, dimakamkan. Keyakinan masyarakat dan cerita turun-temurun menyatakan beliau makamnya ya di sini,” kata juru kunci makam Bedalem.

Dari berbagai riwayat,Pangeran Benowo adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir. Pewaris sah tahta Kesultanan Pajang selanjutnya.

Setahun bertahta yakni pada tahun 1586-1587 M dengan gelar Prabuwijaya -Benowo memilih mundur, meninggalkan statusnya sebagai penguasa dan memilih berkeliling tanah jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Pangeran Benowo adalah cikal bakal penyebar agama Islam di wilayah Bedalem dan sekitarnya. Selain Pangeran Benowo, di situs makam Bedalem juga terdapat makam-makam kuno yang diyakini merupakan makam abdi dan pengikut Pangeran Benowo. Makam-makam tersebut seluruhnya terawat, diuri-uri oleh masyarakat setempat.

Pemerintah Kabupaten Tulungagung memberikan perhatian terhadap situs ini secara total. “Abdi Pangeran Benowo ini ada kiai, prajurit Pajang, pangeran dan senopati. Diantaranya ada 9 makam berukuran 2,5 meter. Batunya batu kuno, besar-besar,” terangnya.

Makam Bedalem berada di dataran tinggi/perbukitan.Melewati pemakaman umum yang berada di dataran lebih rendah.

Ibu Pangeran Benowo bernama Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana, raja Demak (1521-1546 Masehi). Putra Sultan Hadiwijaya ini meneruskan kepemimpinan saudara iparnya, Arya Pangiri yang berkuasa tahun 1583-1586 Masehi.

Pangeran Benowo naik tahta dengan penuh jalan berliku. Setelah Joko Tingkir meninggal dunia pada tahun 1582, takhta kesultanan Pajang yang seharusnya dimiliki oleh Pangeran Benowo direbut oleh kakak iparnya sendiri, yaitu Arya Pangiri, adipati Demak. Kemudian, Pangeran Benowo menjadi adipati Jipang Panolan.

Perebutan takhta Kesultanan Pajang oleh Arya Pangiri dengan cara yang tidak baik-baik itu Pangeran Benowo tidak tinggal diam. Tahun 1586, Pangeran Benowo bersekutu dengan Panembahan Senopati (Raja pertama Mataram Islam) untuk menurunkan tahta Arya Pangiri karena dianggap kurang adil dalam memimpin pemerintahan.

Persekutuan dua tokoh tanah Jawa ini berhasil dan akhirnya Pangeran Benowo naik takhta dan menjadi raja ketiga di Pajang dengan gelar Prabuwijaya.

Pesatnya perkembangan Kerajaan Mataram Islam akhirnya membuat Prabuwijaya rela menyerahkan Kesultanan Pajang menjadi kadipaten bagian dari Kesultanan Mataram Islam yang pada waktu itu dipimpin Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) yang berkuasa tahun 1586-1601 Masehi. Danang Sutawijaya sendiri merupakan kakak angkat Pangeran Benowo.

Keluar dari lingkaran kekuasaan, Pangeran Benowo melanjutkan perjalanan hidupnya sebagai seorang sufi dengan menyebarkan ajaran Islam ke wilayah Jawa Timur untuk mendekati leluhurnya. Berdasarkan silsilah, Pangeran Benowo merupakan keturunan dari Brawijaya V atau Girindrawardhana Dyah Raṇawijaya, raja Majapahit 1474-1498 Masehi.Di sepanjang perjalanannya, Pangeran Benowo sambil berdakwah mendirikan desa-desa dan pondok pesantren.

Makam Pangeran Benawo hingga saat ini sejatinya memang masih menjadi misteri dan menjadi perdebatan. Setidaknya ada tiga versi cerita tutur tentang tempat peristirahatan terakhir Pangeran Benowo. Pertama di Bedalem, desa Besole, kecamatan Besuki,di kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Kemudian di Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dan yang terakhir, makam Pangeran Benowo ada di Kendal, Jawa Tengah. Namun dari ketiga versi ini, hanya di Lasem-lah yang memberikan informasi lebih terkait makam para keturunan.(maksum)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *