Berebut Air Bekas Jamasan Tombak Kiai Upas

Mistik347 Views

foto:vivajatim

finews, Tulungagung -Jamasan Tombak Kiai Upas berlangsung khidmat di Pendopo Griya Ndalem Kanjengan kabupaten Tulungagung.

Tombak tersebut berasal dari Kerajaan Mataram yang diberikan untuk kadipaten Ngrowo (nama sebelum kabupaten Tulungagung) saat terjadi pageblug.

Usai penjamasan, panitia pelaksana langsung mengeluarkan air bekas penjamasan. Warga pun berebut , terutama mereka yang sudah menunggu sejak pagi.

Salah satu warga, Sriyati (60) ikut mengantri mengambil air yang digunakan mencuci Tombak Kiai Upas. Ia menggunakan plastik yang sudah disediakan panitia untuk mengantongi air.

“Ini air bekas jamasan Tombak Kiai Upas. Bisa dibuat di taruh di sumur, agar awet,” ungkap Sriyati, Jum’at (28/7).

Ia mengaku, meski pelaksanaan tiap tahun, ini baru pertama kali mengikuti dan mengambil air berkah. Dengan ikut membawa air tersebut, ia berharap atas izin Allah SWT memberikan kesehatan dan kelancaran berbagai urusan.

“Mengambil berharap lewat air ini mendapat keberkahan, sehat selalu. Karena tadi pembacaan doa banyak, dan tetap semuanya pemberian dari Allah,” terangnya.

Nenek asal kelurahan Kepatihan kecamatan Tulungagung ini mengambil satu buah plastik yang berisi air. Disusul ibu-ibu lainnya berada di belakang ikut mengantri.

Air sebanyak satu gentong plastik hanya butuh beberapa belas menit ludes diambil warga. Air yang masih bercampur dengan bunga Kenanga menjadi nilai tambah dimasukkan ke plastik.

Pria yang sejak 1996 menjadi juru kunci ini menjelaskan bahwa kebanyakan air bekas jamasan, banyak yang mencari untuk ikut mencari berkah. Seperti digunakan untuk kesehatan, hajat rumah tangga dan lain-lain.

“Tergantung sesuai niat masing-masing air itu digunakan. Tapi tetap kembali dari Allah,” papar Winarto.

Salah satu benda pusaka bersejarah sebagai penanda Hari Jadi Kabupaten Tulungagung adalah Tombak Kiai Upas. Tepat 10 Muharam prosesi jamasan dilakukan dengan menggunakan sembilan air. air belik, air sumur biasa, air deresan kelapa, air deresan pisang raja, air deresan randu, air tempuran dan air lotehan tebu.

Juru Kunci Kanjengan Kiai Upas, Winarto menjelaskan prosesi awal jamasan di lakukan di Pendopo Griya Ndalem Kanjengan. Berhubung belum memiliki lokasi, dipindah ke Dinas Perpustakaan dan Arsip sejak 2016 hingga 2022. Baru tahun kemarin, jamasan kembali ke tempat semula.

Winarto yang dipercaya menjamas sejak 1996 silam ini mengaku, Tombak Kiai Upas dibersihkan dengan ada syarat siraman pusaka, banyu songo, dan masih banyak lain. Tak hanya itu, ia mengaku harus melakukan tirakat, namun enggan menjawab tirakat apa yang dilakukan.

Benda pusaka pemberian Kerajaan Mataram Islam ini dibersihkan hanya ujung tombak atau bilah tombak. Tombak yang panjang beberapa meter itu di bagian pegangan atau gagang tidak ikut dicuci. Lalu, ia mengaku untuk proses penyiapan air sebetulnya satu hari cukup, terserah orang yang mencari. Namun khusus yang biasa melakukan serta dilakukan dengan mimboroso (berdiam dan tidak berbicara sama sekali) saat menuju ke lokasi sampai pulang. “Dibilang mimbosoro iya, tapi orangnya belum tentu. Saya menggantikan bapak, mulai kakek hingga buyut, kalau saya sejak 1996,” ulasnya.

Kakek asal Kecamatan Ngantru ini menuturkan selama berpuluh-puluh tahun tidak pernah mengalami kejadian khusus, atas izin Allah tidak ada. Namun yang mendampingi dirinya pernah melihat sesuatu. “Pertama (menjamas) melihat seperti orang biasa, saat itu langsung saya assalamu’alaikum. Tahu-tahu sudah hilang,” kenangnya. Sementara, Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo menjelaskan bahwa Pemda telah membeli menjadi inventarisasi pemerintah. Sehingga bisa mengembalikan rumah dari Tombak Kiai. Pihaknya menambahkan untuk menarik wisata, program ini sekaligus merupakan wisata religi. Pasalnya menurut Maryoto juga sebagai satu titik peringatan adat kebudayaan. Serta mengandung nilai-nilai luhur dari sejarah perjuangan, berdirinya Kabupaten Tulungagung dari kabupaten Ngrowo ke kabupaten Tulungagung. “Kalau menjadi icon sudah lama, saat berdirinya kabupaten Tulungagung. Mau tidak mau sudah ratusan tahun,” terang Maryoto.

Prosesi jamasan Tombak Kiai Upas dilaksanakan di belakang Pendopo Griya Kanjengan. Juru kunci ditemani bupati Tulungagung, wakil bupati, Sekretaris Daerah Tulungagung dan Ketua DPRD Tulungagung.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *