Demam Berdarah Merebak di Magetan

Serba-serbi620 Views

foto: ilustrasi

finews,Magetan – Demam Berdarah Dengue (DBD) merebak di kabupaten Magetan, Jawa Timur.Meski begitu pemerintah setempat belum menetapkan kejadian luar biasa (KLB).

Agus Yudi Purnomo Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Magetan mengatakan, pihaknya telah melakukan fogging di wilayah desa Baron pada 3 April 2024 lalu.

“ Untuk wilayah desa Baron, tepatnya di KPR Baron sudah dilakukan fogging. Sosialisasi pencegahan DBD sudah kami lakukan secara berkala melalui WA group. Untuk DBD di semua wilayah selalu kami pantau,” katanya, mengutip beritajatim.

Diketahui 6 warga di RT 3 RW 2 desa Baron yang terserang penyakit DBD.

Menurut warga, saat ini belum ada tindakan khusus dari pemerintah daerah, seperti fogging, untuk mencegah penyebaran DBD.

Salah satu warga yang anaknya terserang DBD mengungkapkan kekesalannya atas lambatnya respon pemerintah.

“Tetangga saya 3, anak-anak itu kena semua. Orang dewasa juga ada. Katanya sih belum ada fogging begitu,” kata Satrio, warga setempat, tulis beritajatim

Kekhawatiran dia, bukan tanpa alasan. DBD merupakan penyakit yang bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak. Lambatnya penanganan dari pemerintah dikhawatirkan akan memperparah situasi.

“Pemerintah Kabupaten Magetan harus lebih proaktif dalam menangani DBD,” tegas dia.

Sudah 122 Orang Terjangkit

Data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan setempat mencatat adanya 122 kasus DBD sepanjang Januari hingga Maret 2024. Peningkatan kasus ini terutama terjadi di tiga kecamatan utama, yaitu Magetan, Bendo, dan Takeran.

Agoes Yudi Purnomo, Koordinator P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, dalam wawancara pada Senin (18/3/2024) menyatakan, “Kalau yang paling tinggi itu tiga kecamatan tertinggi itu di kecamatan Magetan, kecamatan Bendo, kecamatan Takeran, dan ini merata di semua kecamatan ya, di semua kecamatan ada penderitanya.”

Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini tidak hanya menimbulkan gejala demam, tetapi juga dapat berujung pada komplikasi serius dan kematian jika tidak segera mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat.

Anak-anak dan remaja tergolong sebagai kelompok yang paling rentan terhadap DBD. “Kemudian penderitanya itu yang paling banyak diusia 5-14 tahun kalau di Magetan itu tahun 2024 46 persen, kemudian 15-44 tahun itu 39 persen, kemudian kasus tertinggi kematian itu diusia 5-14 tahun ini yang menyedihkan bagi kita karena masih anak-anak, kondisi masih kurang kuat imunitasnya kemudian banyak yang meninggal karena terlambat membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” ungkap Agoes.

Pemerintah setempat telah meningkatkan upaya pemantauan dan penanganan kasus DBD, serta melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Diharapkan dengan tindakan preventif dan responsif yang dilakukan, serta partisipasi aktif masyarakat, penyebaran penyakit dapat ditekan dan angka kasus baru akan menurun dalam waktu dekat.

Virus Dengue yang menjadi penyebab DBD, menurut World Health Organization (WHO), merupakan salah satu infeksi virus yang paling banyak terjadi di dunia, dengan setengah dari populasi global berisiko terinfeksi. Estimasi tahunan menunjukkan 100 hingga 400 juta infeksi terjadi setiap tahunnya, menjadikan DBD sebagai masalah kesehatan global yang serius.

Tahun 2023 Lebih Rendah

Sesuai data, Dinkes setempat mencatat ada 74 kasus demam berdarah di Magetan selama Januari hingga April 2023. Pada Januari ada 24 kasus, Pebruari 23 kasus, sedangkan pada bulan Maret dan April, masing-masing 13 dan 14 kasus liputan610 Mei 2023.(totok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *